PERBEDAAN CARA BICARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Ketika laki2 mengatakan sesuatu kepada perempuan maka jarang sekali perempuan memahami sebagaimana yang dikehendaki laki2,
demikian juga sebaliknya. Contohnya : "Aku merasa sepertinya kamu sama sekali tidak mendengarkan yang aku katakan" sebenarnya
perempuan tidak bermaksud mengatakan bahwa laki2 sama sekali tidak mendengarkan dia, ini hanyalah ungkapan dari puncak kekesalan
perempuan pada waktu itu.
Ketika perempuan berbicara, biasanya menggunakan kata tertentu dalam bicaranya, seperti menggunakan bentuk melebih-lebihkan,
menyangatkan, kiasan atau bisa metafora. Inilah yang tidak bisa dipahami laki2. Karena itu, respon laki2 pada pernyataan tersebut akan
sebanding atau bisa lebih besar dari maksud sebenarnya yang diucapkan oleh perempuan. Untuk menjelaskan perbedaan pemahaman ini,
berikut contohnya:
Yang dikatakan perempuan:
1. Kita selalu dirumah, tidak pernah keluar sama sekali.
2. Aku lelah sama sekali, tidak bisa melakukan apa-apa.
3. Aku ingin melupakan segala-galanya.
4. Kamu tidak mencintaiku lagi.
5. Aku ingin merasakan kasih sayang dan cintamu.
Pemahaman dan jawaban laki2:
1. Ini bohong, minggu lalu kita sudah keluar.
2. Ini tidak masuk akal, kamu tidak diam terus.
3. Bila kamu tidak senang dengan pekerjaanmu ini, kamu harus mengajukan pengunduran diri.
4. Tentu saja aku mencintaimu, ini yang membuatku berada dihadapanmu.
5. Apakah maksudmu kasih sayang dan cintaku telah mati!?
Dari contoh terlihat, laki2 terbiasa mengungkapkan permasalahan dengan memilih kata2 yang sesuai dan dapat menjelaskan makna
sesungguhnya. Karena itulah ketika ia mendengar perkataan perempuan yang menggunakan banyak kata dilebih-lebihkan, kiasan dan
metafora, laki2 akan memahami perkataan tersebut sesuai teksnya, menganggap perkataan itu memiliki satu makna, tidak memiliki
arti yang lain, dan setiap kata menurutnya juga memiliki makna yang sama. Disinilah awal terjadi permasalahan yang tidak mendasar tersebut.
Perkataan laki2 juga sulit dipahami oleh perempuan, biasanya makna yang dipahami perempuan berbeda dengan maksud sebenarnya.
Dan sangat dimungkinkan tidak sesuai dengan keinginan perempuan. Hal ini juga akan menimbulkan permasalahan.
Ketika laki2 mengatakan sesuatu kepada perempuan maka jarang sekali perempuan memahami sebagaimana yang dikehendaki laki2,
demikian juga sebaliknya. Contohnya : "Aku merasa sepertinya kamu sama sekali tidak mendengarkan yang aku katakan" sebenarnya
perempuan tidak bermaksud mengatakan bahwa laki2 sama sekali tidak mendengarkan dia, ini hanyalah ungkapan dari puncak kekesalan
perempuan pada waktu itu.
Ketika perempuan berbicara, biasanya menggunakan kata tertentu dalam bicaranya, seperti menggunakan bentuk melebih-lebihkan,
menyangatkan, kiasan atau bisa metafora. Inilah yang tidak bisa dipahami laki2. Karena itu, respon laki2 pada pernyataan tersebut akan
sebanding atau bisa lebih besar dari maksud sebenarnya yang diucapkan oleh perempuan. Untuk menjelaskan perbedaan pemahaman ini,
berikut contohnya:
Yang dikatakan perempuan:
1. Kita selalu dirumah, tidak pernah keluar sama sekali.
2. Aku lelah sama sekali, tidak bisa melakukan apa-apa.
3. Aku ingin melupakan segala-galanya.
4. Kamu tidak mencintaiku lagi.
5. Aku ingin merasakan kasih sayang dan cintamu.
Pemahaman dan jawaban laki2:
1. Ini bohong, minggu lalu kita sudah keluar.
2. Ini tidak masuk akal, kamu tidak diam terus.
3. Bila kamu tidak senang dengan pekerjaanmu ini, kamu harus mengajukan pengunduran diri.
4. Tentu saja aku mencintaimu, ini yang membuatku berada dihadapanmu.
5. Apakah maksudmu kasih sayang dan cintaku telah mati!?
Dari contoh terlihat, laki2 terbiasa mengungkapkan permasalahan dengan memilih kata2 yang sesuai dan dapat menjelaskan makna
sesungguhnya. Karena itulah ketika ia mendengar perkataan perempuan yang menggunakan banyak kata dilebih-lebihkan, kiasan dan
metafora, laki2 akan memahami perkataan tersebut sesuai teksnya, menganggap perkataan itu memiliki satu makna, tidak memiliki
arti yang lain, dan setiap kata menurutnya juga memiliki makna yang sama. Disinilah awal terjadi permasalahan yang tidak mendasar tersebut.
Perkataan laki2 juga sulit dipahami oleh perempuan, biasanya makna yang dipahami perempuan berbeda dengan maksud sebenarnya.
Dan sangat dimungkinkan tidak sesuai dengan keinginan perempuan. Hal ini juga akan menimbulkan permasalahan.
PERBEDAAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
Realitas ilmiah mengatakan bahwa cara berpikir laki2 adalah dengan cara konsentratif atau memusat, sedangkan cara berpikir perempuan
adalah dengan ekspansif atau menjelajah. Karena perempuan memiliki ciri menjelajah pada semua cakrawala, kadang terlihat ia bermusyawarah
dengan orang lain dan meminta pendapatnya. Setelah bermusyawarah ia akan mengambil keputusan.
Laki2 dengan tabiat konsentrasinya akan bertindak berbeda sama sekali dengan perempuan. Ia akan berpikir sendiri setelah itu baru mengambil
keputusan. Terkadang setelah itu ia akan menyampaikan pemikirannya kepada seseorang untuk dimusyawarahkan. Namun setelah musyawarah
terkadang laki2 tetap pada pandangannya sendiri dan kadang ia bisa merubah sikapnya/keputusannya semula.
Tanpa memahami dan mengetahui perbedaan dalam mengambil keputusan ini bukan hal yang yang mustahil jika permasalahan muncul.
Sungguh, bila laki2 mengambil keputusan lalu mengutarakannya kepada perempuan untuk meminta pendapatnya, perempuan akan merasa
kesal dan marah, karena mengira laki2 tidak memperhatikan perasaan dan pendapatnya. Sebab menurut perempuan, keputusan laki2 sudah
final.
Sebenarnya laki2 tidak bermaksud berbuat seperti yang dipahami oleh perempuan. Buktinya ia mengupayakan musyawarah dengannya.
Seandainya perempuan memiliki pendapat yang bisa merubah, maka laki2 siap untuk mendengarkan dan mendiskusikannya. Laki2 siap
walaupun sampai merubah keputusannya apabila arah pandangan perempuan lebih benar. Laki2 akan menghargai jawaban perempuan, dan
jawaban tersebut akan menjadi pertimbangan yang besar bagi laki2.
Ketika perempuan tetap saja diam dan tidak merespon laki2, maka laki2 akan berkeyakinan bahwa diamnya berarti setuju. Laki2 tidak tahu bahwa
diamnya perempuan adalah upaya untuk mengembalikan kesadarannya yang telah hilang karena adanya serangan yang ia dengar, yaitu
serangan egoisme laki2 yang dalam mengambil keputusan tidak mengikutsertakan perempuan.
Laki2 akan marah besar dengan cara perempuan yang "demokratis" dalam usaha mengambil keputusan. Karena proses ini menurut laki2
sangat lama dan menjemukan. Perempuan sebelum mengambil keputusan akan berusaha mendalami dan mencari pengetahuan tambahan.
Inilah yang membuat laki2 menduga perempuan itu kadang bodoh, atau pura2 tidak tahu. Padahal sebenarnya perempuan, karena tabiatnya
yang khas, ingin menyelami dan jauh masuk kedalam pokok permasalahan untuk mengetahui segala kemungkinan sebelum mengambil
keputusan.
Contoh:
Suami: "Pameran buku akan dibuka hari kamis mendatang, aku yakin ini kesempatan tepat untuk mengunjunginya dan membaca-baca buku2
terbaru".
Istri: "Aku tidak tahu itu, aku tidak memikirkan masalah tersebut".
"Aku tidak tahu", itulah ungkapan yang diucapkan istri untuk mengetahui lebih dalam permasalahan tersebut. Dia juga berusaha mengaitkan
kunjungan tersebut dengan masalah kehidupan sehari-hari lainnya. Setelah itu baru mengeluarkan pendapat dan jawaban. Adapun yang
dipahami laki2 dari perkataan "aku tidak tahu" adalah penolakan perempuan pada usulnya. Laki2 menyangka istrinya menolak pendapatnya
dan ia akan berkata dalam hatinya: "Aku tidak senang perkataan itu. Ini proses yang bertele-tele. Bila ia tidak senang pergi mengapa tidak
mengatakan dengan jelas? Ia benar2 perempuan yang ingin berkuasa".
Hal ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, alangkah baiknya bila perempuan mengatakan:
"Aku yakin ini pemikiran baik, namun aku butuh waktu untuk memikirkan permasalahan tersebut. Aku sungguh2 menghargaimu, aku harap
kamu bersabar", atau
"Kamu telah melontarkan pemikiran yang bagus, biarkan kami bicara dengan anak2 dan kita bisa mengetahui apakah mereka mau bepergian."
atau,
"Sejak dulu kita tidak pernah pergi ke tempat yang seperti ini. Ini usul yang istimewa. Apakah kamu bisa memberi waktu kepadaku untuk
berfikir sebelum kamu memutuskan hal itu?"
Jawaban2 tersebut akan menolong laki2 bersikap sabar dan membantunya terbebas dari permasalahan.
Realitas ilmiah mengatakan bahwa cara berpikir laki2 adalah dengan cara konsentratif atau memusat, sedangkan cara berpikir perempuan
adalah dengan ekspansif atau menjelajah. Karena perempuan memiliki ciri menjelajah pada semua cakrawala, kadang terlihat ia bermusyawarah
dengan orang lain dan meminta pendapatnya. Setelah bermusyawarah ia akan mengambil keputusan.
Laki2 dengan tabiat konsentrasinya akan bertindak berbeda sama sekali dengan perempuan. Ia akan berpikir sendiri setelah itu baru mengambil
keputusan. Terkadang setelah itu ia akan menyampaikan pemikirannya kepada seseorang untuk dimusyawarahkan. Namun setelah musyawarah
terkadang laki2 tetap pada pandangannya sendiri dan kadang ia bisa merubah sikapnya/keputusannya semula.
Tanpa memahami dan mengetahui perbedaan dalam mengambil keputusan ini bukan hal yang yang mustahil jika permasalahan muncul.
Sungguh, bila laki2 mengambil keputusan lalu mengutarakannya kepada perempuan untuk meminta pendapatnya, perempuan akan merasa
kesal dan marah, karena mengira laki2 tidak memperhatikan perasaan dan pendapatnya. Sebab menurut perempuan, keputusan laki2 sudah
final.
Sebenarnya laki2 tidak bermaksud berbuat seperti yang dipahami oleh perempuan. Buktinya ia mengupayakan musyawarah dengannya.
Seandainya perempuan memiliki pendapat yang bisa merubah, maka laki2 siap untuk mendengarkan dan mendiskusikannya. Laki2 siap
walaupun sampai merubah keputusannya apabila arah pandangan perempuan lebih benar. Laki2 akan menghargai jawaban perempuan, dan
jawaban tersebut akan menjadi pertimbangan yang besar bagi laki2.
Ketika perempuan tetap saja diam dan tidak merespon laki2, maka laki2 akan berkeyakinan bahwa diamnya berarti setuju. Laki2 tidak tahu bahwa
diamnya perempuan adalah upaya untuk mengembalikan kesadarannya yang telah hilang karena adanya serangan yang ia dengar, yaitu
serangan egoisme laki2 yang dalam mengambil keputusan tidak mengikutsertakan perempuan.
Laki2 akan marah besar dengan cara perempuan yang "demokratis" dalam usaha mengambil keputusan. Karena proses ini menurut laki2
sangat lama dan menjemukan. Perempuan sebelum mengambil keputusan akan berusaha mendalami dan mencari pengetahuan tambahan.
Inilah yang membuat laki2 menduga perempuan itu kadang bodoh, atau pura2 tidak tahu. Padahal sebenarnya perempuan, karena tabiatnya
yang khas, ingin menyelami dan jauh masuk kedalam pokok permasalahan untuk mengetahui segala kemungkinan sebelum mengambil
keputusan.
Contoh:
Suami: "Pameran buku akan dibuka hari kamis mendatang, aku yakin ini kesempatan tepat untuk mengunjunginya dan membaca-baca buku2
terbaru".
Istri: "Aku tidak tahu itu, aku tidak memikirkan masalah tersebut".
"Aku tidak tahu", itulah ungkapan yang diucapkan istri untuk mengetahui lebih dalam permasalahan tersebut. Dia juga berusaha mengaitkan
kunjungan tersebut dengan masalah kehidupan sehari-hari lainnya. Setelah itu baru mengeluarkan pendapat dan jawaban. Adapun yang
dipahami laki2 dari perkataan "aku tidak tahu" adalah penolakan perempuan pada usulnya. Laki2 menyangka istrinya menolak pendapatnya
dan ia akan berkata dalam hatinya: "Aku tidak senang perkataan itu. Ini proses yang bertele-tele. Bila ia tidak senang pergi mengapa tidak
mengatakan dengan jelas? Ia benar2 perempuan yang ingin berkuasa".
Hal ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, alangkah baiknya bila perempuan mengatakan:
"Aku yakin ini pemikiran baik, namun aku butuh waktu untuk memikirkan permasalahan tersebut. Aku sungguh2 menghargaimu, aku harap
kamu bersabar", atau
"Kamu telah melontarkan pemikiran yang bagus, biarkan kami bicara dengan anak2 dan kita bisa mengetahui apakah mereka mau bepergian."
atau,
"Sejak dulu kita tidak pernah pergi ke tempat yang seperti ini. Ini usul yang istimewa. Apakah kamu bisa memberi waktu kepadaku untuk
berfikir sebelum kamu memutuskan hal itu?"
Jawaban2 tersebut akan menolong laki2 bersikap sabar dan membantunya terbebas dari permasalahan.
0 komentar:
Posting Komentar