>Assalamu'alaikum, >Saya kemarin sempat melihat Al-Quran terjemahan Bahasa Inggris. Yang saya >tanyakan mengapa mereka memakai kata gant "He" sebagai kata ganti Allah >padahal itu mrpk kata ganti laki-laki. Dan menurut saya itu seperti ajaran >Nasrani. Mohon penjelasannya!! >Jazakumullah khair. >Wassalam Jawaban: Ass wr wb Coba anda simak surat al-Ikhlas, yang berbunyi, "Qul HUWA Allahu Ahad". Kata "HUWA' dalam bahasa Arab memang menunjukkan untuk dia laki-laki yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi "HE". Jadi, jikalau Qur'an terjemahan bahasa Inggris menyebutkan He untuk me-refer ke Allah, tidaklah melanggar sisi kebahasaan ataupun sisi Aqidah. Nah, begini penjelasannya. Lafaz Allah dalam bahasa Arab memang bersifat maskulin. Sebagaimana lafaz Muhamamd bersifat maskulin, begitupula Ali, Umar dan Utsman. Sebaliknya lafaz Aisyah, Maryam, hafshah, Ummi bersifat feminin. Yang menarik, lafaz khuzaemah itu maskulin. Namun karena memakai "...ah" diakhir kata diduga oleh orang Indonesia bersifat feminin. Akhirnya, dinamakanlah anak perempuannya dengan Khuzaemah:-) Analoginya dalam bahasa kita adalah: Syarif itu maskulin, sedangkan Syarifah itu perempuan. Tetapi tidak semua yg pakai "...ah" di akhir kata adalah perempuan. Bagaimana dengan Syaifullah? atau nama saya sendiri Nadirsyah ? (syah merujuk pada raja) Jadi, Dzat Allah itu tidak lelaki-tidak pula perempuan. Namun Dzat Allah itu memiliki nama-nama (asmaul husna). Salah satu nama itu adalah Allah. Nah, kata atau lafaz Allah itulah yang bersifat maskulin, sedangkan Dzat-Nya tidak. Dalam bahasa arab, semua kata mengandung salah satu sifat, apakah itu feminin atau maskulin. Sejauh yg saya tahu tidak ada satu kata dalam bahasa arab yang bersifat netral. Jadi, kalaupun kata Allah bersifat feminin, tidak akan merujuk bahwa Allah itu perempuan; sebagaimana kalau diterjemahkan menjadi "he" tidak berarti kita menganggap Allah itu lelaki. Dzat Allah tentu saja bukan lelaki dan bukan perempuan. Dalam bahasa Arab, kejelasan status feminin atau maskulinnya suatu kata akan sangat berpengaruh pada grammatika kata selanjutnya. Jadi, kaidah kebahasaan mengharuskan kita memilih satu kata untuk menyebut nama Tuhan kita, dan kata itu, dalam kaidah bahasa Arab, tidak bisa netral. Inilah kelemahan bahasa manusia dalam mengungkapkan Dzat Allah. Maha Suci Allah! Al-Haq min Allah! salam,
0 komentar:
Posting Komentar