> Assalamu'alaikum Wr.Wb > saya sering diskusi dengan non muslim di kantor saya.. > ada pertanyaan yang dia ajukan mengenai > 1. Dalam ayat alquran sering di dapat kata "kami" untuk menunjuk subjek dari allah sedangkan kata kami itu artinya jamak. Jawab: Assalamu'alaikum wr.wb. Pertanyaan saudara sangat menarik dan pernah kita bahas beberapa saat lalu. Berikut jawaban kami mengacu kepada beberapapemikiran tafsir al-Qur'an yang sering menyebut kata "Kami". Pertama, betul bahwa Allah sering menggunakan kata-kata "Kami-Nahnu atau na" dalam al-Qur'an. Kedua, menurut pemikiran tafsir, jika Allah menggunakan kata-kata Kami, ada makna khusus yang ingin disampaikan oleh Allah lewat ayat-ayat tsb. A. Konteks penggunaan pertama. Kata Kami bermakna bahwa dalam mengerjakan tindakan tersebut, Allah melibatkan unsur-unsur makhluk [selain diri-Nya sendiri]. Dalam kasus nuzulnya al-Qur'an, makhluk-makhluk yang terlibat dalam pewahyuan dan pelestarian keasliannya adalah sejumlah malaikat, terutama Jibril; kedua Nabi sendiri; ketiga para pencatat/penulis wahyu; keempat, para huffadz [penghafal] dll. [Coba perhatikan baik-baik, kebanyakan ayat-ayat yang bercerita tentang turunnya al-Qur'an [dalam format kalimat aktif], Allah cenderung menggunakan kata Kami]. Contoh "Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Zikr [al-Qur'an] dan Kami Penjaganya [keaslian]". [kami lupa pada surat dan ayat berapa]. [Contoh lain coba lihat ayat-ayat tentang mencari rezki. Dalam ayat-ayat tsb. Allah sering menggunakan kata Kami; artinya, rezki harus diusahakan oleh manusia itu sendiri, walaupun kita juga yakin bahwa rezki sudah ditentukan oleh Allah] B. Konteks penggunaan kedua Kata kami secara sosio-linguistik Arab bermakna "ta'dzim" [kata-kata yang sopan untuk menghilangkan kesan keakuan terutama ketika kita bicara kepada orang besar, atau orang banyak]. Nah dalam arti ini, ketika dipakai kata Kami, ayat tersebut menggambarkan proses komunikasi dengan etika yang lebih sopan [mungkin seperti cara ngomong orang jawa dengan bahasa "ngoko"] C. Konteks penggunaan ketiga. Ayat yang menggunakan kata Kami biasanya menceritakan sebuah peristiwa besar yang berada di luar kemampuan jangkauan nalar manusia, seperti penciptaan Adam, penciptaan bumi, dan langit. Di sini, selain peristiwa itu sendiri yang nilai besar, Allah sendiri ingin menokohkan/memberi kesan "Kemahaan-Nya" kepada manusia, agar manusia dapat menerima/mengimani segala sesuatu yang berada di luar jangkauan nalar/rasio manusia. Contoh. "Sesungguhnya KAMI telah menciptakan kamu (Adam), lalu KAMI bentuk tubuhmu, kemudian KAMI katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud" [al-A'raf 7:11] > 2. Dalam salah satu ayat alquran diterangkan bahwa Isa itu terhormat di dunia dan di akhirat jadi menurut pengertian orang nasrani itu bahwa Isa lebih dari yang lainnya. Mohon diberi pengertian untuk ayat itu sehingga saya bisa memjawab secara tepat dan tidak meraba-raba. > Terimakasih sebelumnya. Wassalamualaikum Wr.Wb Jawaban: Islam mengakui Isa sebagai seorang Rasulullah [utusan Allah]. Sebagai seorang utusan, tentu Allah dan Dia juga meminta umat Islam untuk menghormati beliau. Juga, sebagai utusan Allah, Isa tentu sebagai manusia pilihan, terbaik dan terhormat baik di dunia maupun di akhirat. Hanya saja kelebihan Nabi Isa hanya sebatas kenabian dan kerasulannya dan sebagai manusia biasa. Sementara umat Kristiani memulai cara pikirnya dengan dasar premis teologis bahwa Isa bukan sekedar Rasulullah, tetapi sebagai Firman Tuhan yang menjelma dalam bentuk manusia [kalau dalam Islam, Firman Allah dalam bentuk al-Qur'an dan hadits qudsi]. Karena sebagai Firman Tuhan, maka Isa menjadi segala-galanya dalam kehidupan imani, rohani, psikologi dan sosial umat Kristiani. Oleh sebab itu, Isa menjadi figur yang terhormat dan bahkan harus dihormati dalam pandangan mereka tetapi tidak sebagai manusia biasa, melainkan sebagai Firman [jelmaan kehendak ilahi yang Kudus]. Kok bisa-bisanya Firman Tuhan menjelma dalam bentuk manusia? Inilah yang menurut keimanan Kristiani sebagai bukti bahwa Allah Roh Kudus kuasa atas segala alam. Jika Dia berkuasa, maka semua dapat terjadi, termasuk menjelmakan Firman-Nya dalam sosok manusia. Ini tafsiran ala umat Kristiani, dan tentunya didasari oleh premis teologis [keimanan]. Kita umat Islam berbeda dalam memandang konsep Isa di atas. Karena ini masalah perbedaan tafsiran teologis [ingat masalah teologis sulit bahkan cenderung tidak dapat dikompormikan], maka marilah kita saling menghargai keimanan masing-masing. Jika diskusi saudara di kantor menjurus pada upaya satu fihak untuk memaksakan pendapatnya kepada lainnya, maka kita harus mengambil posisi teologis, artinya tanpa kompromi, bagimu keyakinan [keimananmu] dan bagiku keimananku. Selesai. Sekian dulu. Kalau ada yang kurang pas, maklum,
0 komentar:
Posting Komentar