>Assalamu'alaikum Wr. Wb. >Kenapa shalat lima waktu tidak sama raka'atnya? Jawaban: Ass wr wb Setiap agama memiliki dimensi rasional dan irrational sekaligus. Untuk itu kita harus bisa menempatkan kedua dimensi tersebut dalam proporsi yang tepat. Ketika unsur rasional mencoba memasuki wilayah irrational, atau sebaliknya, maka pandangan keagamaan kita menjadi kacau balau. Dalam Islam, banyak sekali hal yang bisa dirasionalkan. Sejumlah ayat Qur'an merujuk akan pentingnya aktivitas akal. Bahkan penghargaan yang tinggi diberikan kepada mereka yang berilmu tinggi. Akan tetapi, ini tidak berarti semuanya bisa dirasionalkan. Banyak juga ajaran Islam yang tidak bisa dirasionalkan. Salah satu contohnya adalah yang saudara tanyakan yaitu perbedaan bilangan rakaat sholat. Dalam istilah agama Islam, hal ini diberi istilah "Ma'lum min al-din bi al-dharurah." Contohnya adalah: Mengapa kita harus berpuasa di bulan Ramadhan saja, bukan di bulan yang lain? Mengapa wukuf harus di padang Arafah, bukan di tempat lain? Mengapa Muhammad diutus sebagai rasul terakhir bukan yg lain? dan sejuta mengapa bisa kita tanyakan. Namun kita terbentur kaidah klasik, "al-Ashlu la yus`al". Maksudnya, hal-hal yang pokok dalam agama atau ushuluddin jangan dipertanyakan dalam artian mengkotak-katiknya. Tentu saja kita bisa kembangkan lebih jauh ttg apa batasan akal dan apa batasan kebolehan mempertanyakan dalam Islam; sebagaimana kita juga bisa bertanya hal serupa dalam kasus agama lain. Para ulama sudah menjelaskan hal tersebut secara panjang lebar, tentu bukan pada tempatnya kalau saya uraikan semuanya di sini. Keterbatasan waktu dan juga kemampuan menghalangi saya menuliskannya. Anda telah bertanya, Saya telah menjawab, ....selebihnya saya serahkan pada Allah SWT. salam,
2 komentar:
mantap, buat nambah wawasan.....
mung katanya...
Posting Komentar