Bagi umat Islam, bila berbicara kesuksesan maka yang dimaksud adalah sukses dunia dan sukses akhirat. Amat sia-sia orang yang sukses dunia namun di akhirat dia gagal. Hidup di dunia bisa dihitung dengan tahun, namun kehidupan akhirat selamanya. Hidup di dunia sangat terbatas, baik dari segi waktu maupun kenikmatannya, akan tetapi hidup di akhirat kekal, baik dari segi waktu maupun kenikmatannya. Kenikmatan dunia terlihat oleh mata dan mampu terbayangkan, tetapi kenikmatan akhirat tidak pernah ada yang mampu membayangkannya. Begitu fananya dunia hingga dalam sebuah keterangan Rasulullah Saw bahkan pernah mengumpamakan bahwa nilai dunia ini lebih rendah dibanding sepotong sayap seekor nyamuk.
Pada zaman Rasulullah sudah banyak contoh nyata dari mereka yang sukses dunia namun gagal di akhirat, diantaranya Abu Lahab dan Abu Jahal. Mereka pemuka kaum Quraisy, dihormati dan disegani. Harta dan kekayaan mereka pun melimpah ruah. Tapi kesuksesan dunia mereka tidak diikuti dengan kesuksesan akhirat. Sudah jelas dalam al-Quran dan hadits yang menyebutkan kalau mereka adalah penghuni api neraka.
Namun tidak sedikit pula contoh mereka yang sukses dunia dan sukses akhirat. Abdurahman bin Auf adalah seorang saudagar yang kaya namun termasuk dalam daftar 10 sahabat Nabi yang dijamin masuk surga. Begitu pula dengan Abu Bakar dan Ustman bin Affan. Kredibilitas mereka sebagai pedagang yang sukses tidak diragukan lagi, dan mereka juga termasuk dalam 10 sahabat Nabi yang dijamin surga.
Pilihannya sekarang ada pada diri kita, mau sukses dunia saja atau mau sukses dunia akhirat. Sungguh rugi orang yang sukses dunia namun gagal di akhirat. Apalagi bagi mereka yang gagal dunia dan gagal juga di akhirat. Bila kita memilih sukses dunia dan sukses akhirat, maka insyaallah dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh Allah akan membukakan jalan bagi kita dan memberikan petunjuk. Bahkan Rasulullah sendiri dan para sahabat telah memberikan contoh kepada kita untuk bisa memperoleh keduanya.
Yang perlu diingat, sukses yang dicita-citakan itu tidak mungkin terwujud tanpa amalan. Sukses yang diidam-idamkan tentunya harus diikuti dengan kerja keras. Pula, selain ikhtiar menjemput rezeki, masih ada amalan penyeimbang yang harus dilakukan agar rezeki yang kita peroleh menjadi berkah dan berlipat-lipat. Apalagi bagi umat Islam bekerja itu adalah ibadah.
Di samping amalan, ada juga doa-doa sebagai penopang kekuatan diri kita sebagai hamba yang penuh keterbatasan. Tiada daya tiada upaya melainkan dengan pertolongan Allah. Lewat doa, maka Allah akan menolong setiap urusan kita dan memberikan kekuatan tambahan pada kita dalam bekerja, beramal, dan beribadah.
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah [2]: 186)
Itulah sebabnya sebagai orang beriman, doa wajib kita lakukan. Dalam firman-Nya yang lain Allah sangat menegur keras orang yang berikhtiar tanpa berdoa.
”Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”.” (QS al-Mukmin [40]: 60)
Imam At-Thaibi berkata bahwa berdoa adalah memperlihatkan sikap berserah diri dari seorang hamba kepada Tuhannya. Maka, orang yang malas dan tidak suka berdoa menunjukkan kesombongan dirinya, seolah-olah dirinya tidak memerlukan Allah. Padahal di dunia ini siapa yang tidak memerlukan Allah? Semua isi dunia dan langit adalah milik-Nya, lalu bagaimana mungkin kita bisa hidup tanpa berdoa kepada Allah?
Mudah-mudahan buku 10 Amalan dan Doa Orang Sukses ini bisa menyumbangkan sedikit ilmu kepada kita untuk dapat sukses dunia akhirat. Semoga pekerjaan yang kita geluti selama ini mampu menjadi jalan rezeki bagi keluarga dan orang lain, layak dinilai sebagai ibadah dalam pandangan Allah, dan dapat membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang ikhlas.
Jangan hanya bekerja demi mendapatkan uang, karena akhirnya hanya uang yang akan kita peroleh. Bekerjalah demi meraih cinta dan ridha Allah. Bekerja jangan pula hanya untuk kebutuhan diri sendiri, tapi bekerjalah juga untuk kebaikan orang lain. Tunjukkanlah bahwa kita adalah para pahlawan bangsa yang berjuang lewat pekerjaan kita, karena pejuang pada zaman sekarang bukanlah orang yang mengangkat senjata, melainkan orang yang bekerja dan berusaha menafkahi keluarga dengan tetesan keringat. Semoga dengan begitu Allah meridhai setiap amal perbuatan kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar