Yang hilang dari sebuah Kebiasaan



Tangannya dan tanganku menyatu dalam kehangatan, selang beberapa saat badannya dan badanku menyatu kemudain hal yang paling intimpun terjadi, pipku dan pipinya menyatu. Iya… terasa hangat, terasa akrab dan terasa syahdu menyelinap di dalam hatiku.
Beliau adalah seorang penulis, kapasitasnya sebagai seorang penulias tidak diragukan lagi, hal ini di buktikan dengan predikat best seller pada setiap buku yang di terbitkan, bukunya mudah dicerna oleh setiap prang yang memacanya,dan dialah yang memberikan banyak inspirasi pada kita melalui nasehat – nasehatnya dalam bentuk cerita.
Kita memang baru kenal beberapa bulan, tetapi sudah sangat dekat, kita memang baru pertama kali bertemu, tapi semangat untuk menjaga  ukhuwah antar muslim tetap kita jaga, saya hampir lupa, ketika pertama bertemu dengannya, beliau mengulurkan tangan terlebih dahulu diikuti senyum simpul serta di lengkapi dengan salam khas milik umat islam yang berisi doa kepada saudara kita.
Akhir – akhir ini tradisi salam khas islam yang mungkin bisa di analogikan seperti “salam semut” mulai pudar. Kebanyakan dari kita mengucapkan salam kepada orang yang sudah kita kenal, jarang sekali ada orang yang dengan tulus mengucapkan salam kepada orang yang baru di temuinya. keadaan ini sudah sangat berbeda jika di bandingkan dengan keadaan umat islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Ketika mereka bertemu, saling bertatap, saling menyapa,saling mengucapkan salam, saling mendoakaan satu sama lain serta saling bercengkrama.
Sungguh sangat dekat antara muslim yang satu dengan yang lain. Perumpamaan yang di berikan nabi sudah tercapai, bahwa satu muslim dengan muslim yang lain itu laksana anggota tubuh, jika satu anggota terluka, maka yang lainpun ikut merasakannya. Itulah sebenarnya esensi dari persahabatan yang telah di ikat oleh oleh nabi dengan tali yang sangat kuat, tali yang tidak akan terputus sepanjang zaman,tali persahabatan yang di dasarkan karena sesama muslim dan persahabatan yang di dasarkan atas cinta pada Allah SWT.
Kembali kita bertanya pada diri kita sendiri, pantaskah kita menyebut diri sebagai umat islam sementara hal yang sekecil ini saja (menurut kita) belum mampu untuk membiasakannya? Iya… ini memang akhir zaman, dan salah satu cirinya adalah ucapan salam yang di ucapkan kepada orang – orang yang sudah kita kenal.
Wahai setiap insan yang mengaku diri sebagai muslim, bersiaplah..!!! bersiaplah untuk menyiapkan segala amal “andalan” kita untuk bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, saat – saat terindah di dalam kehidupan ini adalahsaat kita bertemu dengan kekasih kita, terasa intim, terasa romantis dan terasa menghujam di dalam hati 


Wahai setiap insan yang mengaku diri sebagai muslim, bersiaplah..!!! bersiaplah untuk menyiapkan segala amal “andalan” kita untuk bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, saat – saat terindah di dalam kehidupan ini adalahsaat kita bertemu dengan kekasih kita, terasa intim, terasa romantis dan terasa menghujam di dalam hati kita. Itulah saat kita bertemu dengan Tuhan semesta Alam, Allah SWT, dengan membawa amal ibadah yang shaleh yang jauh dari kesyirikan.  (avicennaalrasyid)

          semarang.31.3.08/04.38

0 komentar:

Posting Komentar

 free web counter Counter Powered by  RedCounter

About this blog

Semoga media ini bisa menambah timbangan amalku di akhirat kelak, Amiin Ya Rabbal 'alamiin. kirimkan kritik dan saran ke alamat penjagaquran@gmail.com

Buletin Jum'at

Fatwa Rasulullah

Doa dan Dzikir Rasululah SAW

Biografi Tokoh

1 day 1 ayat

Arsip Blog

Download


ShoutMix chat widget
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku