Jika itu yang terbaik


Aku langkahkan kaki kananku ke atas sebuah permadani yang terhampar dari jalan utama hingga ke dalam pintu masuk. Hiasan yang terbuat dari daun kelapa muda itu sungguh sangat menarik. Bagian bawahnya besar menggelembung, ditambah dengan ornamen bunga mawar yang berwarna merah di sekelilingnya. Bagian atasnya sedikit lebih kecil dan berbentuk bulatan. Di puncaknya terdapat buah apel yang merah ranum. Hiasan itu berjumlah dua pasang dan diletakkan di kanan kiri pintu masuk para tamu.
Pandanganku kemudian beralih ke atas, tepat di mana aku berdiri untuk memasukkan amplop merah ke dalam kotak yang telah di sediakan, terdapat sebuah tulisan yang dibuat dengan sedemikian rupa, berbunyi ‘Mohon doa restu’. Ya… karena aku memang sedang berada di tengah – tengah perhelatan akbar dua insan manusia yang sedang melangsungkan prosesi walimahan. Aku datang bersama dengan teman – teman rohis, karena salah satu mempelainya adalah teman seperjuangan kita di kampus biru itu.
Aku sangat mengenal mempelai akhwatnya, bukan hanya karena kita pernah satu kepengurusan dalam organisasi, tapi di antara kita memang pernah terjadi sesuatu hal yang penting dan sangat sulit di lupakan, ya setidaknya sulit di lupakan oleh aku, entah dia bisa melupakan atau tidak. Aku pernah mengkhitbah dia, dan tanpa alasan yang jelas dia menolakku. Sampai detik itu aku baru bisa memahami, bahwa cinta memang tidak bisa di paksakan. Walaupun di awalnya sempat  terbesit rasa kecewa yang mendalam, tapi aku harus berjiwa besar menerima semua ini, karena jodoh seseorang sudah di tentukan jauh sebelum kita di lahirkan ke dunia. Walaupun tiap hari memikirnya, walaupun tiap hari berkomunikasi dengannya, walaupun tiap detik saling berkirim pesan, dan walaupun seluruh isi dunia ini mendo’a kan dia untuk menjadi pendamping hidupku, tapi jika Allah SWt berkehendak dia bukan jodohku, tetap saja tidak akan bersatu. Begitulah alur kemaha kuasaan Allah SWT, tidak ada sesuatupun yang mampu mengubahnya jika Allah SWT telah berkehendak.
Aku menerima surat undangan walimahan itu beberapa hari yang lalu, tapi entah mengapa ada yang sedikit aneh dengan undangan itu. Mempelai akhwatnya sangat aku kenal, tapi aku rasa juga mengenal mempelai ikhwannya, karena namanya sedikit familiar. Bukannya aku sombong dan melupakan sahabatku, tapi kejadian itu sudah lama berlangsung, kejadian di mana aku dan mereka berjuang bersama dalam satu barisan dakwah, aku rasa sudah ada sekitar 5 tahun, dan dalam kurun waktu yang lumayan lama itu kita sudah di sibukkan dengan aktivitas masing – masing.
Saat aku memasuki ruangan yang penuh dengan tamu itu,aku segera terkejut dan terperanjat. Kedua kakiku terasa lemas dan tak berdaya. Rasa penasaranku terjawab sudah, karena mempelai ikhwannya adalah temanku sendiri, teman satu organisasi, teman seperjuangan di kancah dakwah, yang membedakan hanyalah kita beda angkatan. Pada awalnya aku tidak mengenalnya, karena di dalam tulisan yang tergantung di depan tempat pintu masuk itu, dia mengenakan nama hijrahnya, nama yang sering kali digunakan oleh seseorang yang ingin berhijrah ke dalam islam dengan sungguh – sungguh dan mengganti namanya dengan nuansa islam yang syarat dengan makna dan doa.
Hari ini adalah hari di mana aku merasa dunia sangat sempit untuk di tinggali, aku rasa dunia menginginkanku untuk berlari kemudian terbang ke langit untuk mencari bumi yang lain, bumi yang bisa aku tinggali, bumi yang penuh dengan cinta, dan akhirnya aku bisa melupakan semua kisah tentang diriku dan dirinya, kisah tentang penolakan, kisah tentang seorang sahabat, kisah tentang hari di mana dia bersanding dengan sahabat dakwahku.
***


“Allohu Akbar.. Allohu Akbar..”
“Allohu Akbar.. Allohu Akbar..”
Suara yang keluar dari speaker masjid di dekat rumahku itu membangunkanku dari tidur yang sangat panjang. Keringat dingin yang keluar bersama dengan ketegangan di saat aku terancam di dalam mimpi masih tersisa, bahkan sampai menetes di atas bantalku dan membasahi kaos putih yang aku kenakan. Aku segera saja terbangun dari posisiku yang semula berbaring, kemudian duduk. Duduk di keheningan pagi yang di iringi oleh suara adzan yang belum selesai di kumandangkan. Hatiku masih bergetar dengan sangat hebatnya.
Aku berusaha menata jiwa dan ragaku. Dengan ucapan tahmid yang keluar dari lisanku, aku rasa masih ada sedikit harapan. Sedikit harapan untuk bisa menjalani sisa hidupku bersama akhwat yang selama ini aku idam – idamkan. Ya… masih ada harapan, meskipun kecil.  Aku tidak akan menyerah sampai di sini. Hanya pecundang sejati yang tidak mampu memperjuangkan cintanya. Hari ini adalah hari yang sangat menentukan untukku. Hari di mana dia akan menyatakan kesanggupan dan kesediaannya untuk menjadi pendamping hidupku, atau malah dia menolakku. Hari ini tepat 7 hari setelah aku mengkhitbahnya, dan dia meminta waktu untuk berfikir selama 7 hari tersebut.

Aku turun dari tempat tidurku, aku segera bersujud dan memohon ampun kepada Allah SWT atas kelalaian dan rasa cinta yang terlalu berlebihan kepadanya. Keningku segera menempel diatas keramik putih, dan untuk selanjutnya aku larut di dalam munajat do’a – do’a. aku tidak tahu apakah mimpi itu adalah sebuah pertanda bahwa hari ini aku akan mendapatkan jawaban tidak dari dia. Aku pasrah sepenuhnya kepada keputusan Allah SWT. Sampai detik ini, aku merasa puas, puas karena sudah sampai sejauh ini aku melangkah untuk memperjuangkan bisa hidup bersama dengan dirinya. Aku sudah berusaha sampai titik darah penghabisan, dan jika Allah SWT berkehendak dia bukan jodohku, maka aku akan berusaha untuk ikhlas menerima semua ini, meskipun sangat sulit, tapi aku yakin bisa, karena ikhlas perlu di upayakan.

Aku semakin terlarut di dalam sujud dan munajatku. Ya Allah, berikanlah  yang terbaik di antara kita berdua, dan aku yakin Engkau tidak akan menyianyiakan usaha yang aku lakukan, karena Engkau Maha adil dan tidak akan menyianyiakan hambanya. Dan jika jawabannya adalah tidak, maka aku mohon kepadaMu, hitunglah segala upaya yang aku lakukan untuk mendapatkan dia sebagai bentuk ibadah, sabagai usaha untuk menyempurnakan setengah dari agama ini, amiin..(Avicennaalrasyid)

camp BAI, 21.47. 12 agustus 2009

0 komentar:

Posting Komentar

 free web counter Counter Powered by  RedCounter

About this blog

Semoga media ini bisa menambah timbangan amalku di akhirat kelak, Amiin Ya Rabbal 'alamiin. kirimkan kritik dan saran ke alamat penjagaquran@gmail.com

Buletin Jum'at

Fatwa Rasulullah

Doa dan Dzikir Rasululah SAW

Biografi Tokoh

1 day 1 ayat

Arsip Blog

Download


ShoutMix chat widget
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku