Ditengah terik matahari, ia berjalan dengan “PD”nya. Mengenakan Jaket biru dengan menggunakan sepatu sandal persis seperti mahasiswa lainnya yang kuliah di perguruan tinggi swasta. Setiap selesai kuliah ia memang jarang berkumpul dengan temen – temen sebayanya, ia lebih senang menyendiri merenungi hidup ini atau malah membiarkan imajinasi dan pikirannya melayang jauh menjelajah alam bawah sadarnya.
Tidak ada yang menyangka bahwa ia salah seoarang aktivis Dakwah, karena memang di lihat dari sudut manapun tidak ada karakteristik yang menjanjikan bahwa ia adalah seorang pemeganng amanah di muka bumi ini. Ketika aktivis lain betemu dengan sahabat lain dan mengucapkan salam, ia pun berlaku demikian, tapi anehnya setelah mengucapkan salam , ia pasti akan bersenda gurau dan biasanya ia menanyakan, gimana kabar istrimu (padahal yang di tanya belum nikah) atau kapan nikah?(Padahal yang bertanya juga belum nikah.) Ketika aktivis lain gencar – gencarnya menundukan pandangan(dengan lawan jenis), iapun melakukan hal yang sama, tetapi ia lebih fleksibel ketika berinteraksi dengan mahasiswa biasa dan mahasiswi lainnya. Ketika aktivis lainnya kadang cenderung untuk bergaul dengan sesama aktivis saja, berbeda dengan dia, dia bergaul dengan siapa saja, dan dia dahulu sebelum mengenal islam lebih jauh sangat suka Musik, sekarangpun ia bisa berteman dengan anggota – anggota musik yang tergabung dalam sauatu komunitas.
Ketika ikhwan lain enggan untuk menghadiri undangan pementasan Teater, dengan langkah yang yang pasti ia datang memenuhi undangan tersebut karena ia ingin besinergi dengan Objek - objek dakwah yang ada di teater. Jika Aktivis lain enggan untuk mengkritik kebijakan – kebijakan kampus dan hanya berkutat untuk mengurusi kajian, ia berbeda. Dia adalah salah satu mahasiswa yang sangat getol terhadap kritikan dan ia ingin menuju “Kesolehan sosial”.
Saat aktivis lain menggunakan Kata antum / akhi (untuk Putra) dan Anti / akhwat ( untuk ) Putri, dia cukup unik karena menggunakan kata – kata yang mungkin di anggap tidak lazim digunakan dalam kalangan aktivis, dia sering menggunakan kata Njenengan / sampeyan / Kang ( untuk putra) dan Mba (Untuk Putri). Tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan dia, dia hanya ingin merasa “Ingroup” dengan objek dakwahnya, ia sadar betul bahwa islam ini bukan hanya untuk orang – orang yang dekat dengan masjid.
Saat Aktivis lain sedang gencar – gencarnya membahas tentang nikah, iapun tidak ketinggalan, tetapi sebenarnya ia hanya bersendagurau belaka, karena ia mempunyai prinsip Belum mau nikah dulu jika belum bisa menghafal setidaknya jus 30 dari al-Qur’an karena beranggapan bahwa nantinya seorang laki – laki adalah pemimpin rumah tangga jadi pemahaman agamanya juga harus kuat dan benar. Saat aktivis lain pengin kuliah, kerja dan nikah, ia tidak buru – buru berpikiran untuk itu. Karena perjalanan hidup masih jauh dan pentas sejarah peradaban arus terus bergulir. Ketika ikhwan lain hanya berkonsentrasi dan berlomba – lomba untuk meraih simpati dari “satu orang akhwat”, ia hanya termenung sendiri dan memikirkan mengapa itu bisa terjadi, padahal jumlah akhwat/ wanita lebih banyak dari pria, mengapa mesti bingung tidak “kebagian jatah?” he..he….
Jika aktivis lain sibuk memikirkan bagaimana berdakwah yang di ajarkan Nabi, iapun memikirkannya tetapi berorientsi pada bagaimana dakwah bisa diterima oleh setiap kalangan. Karena dia mempunyai prinsip bawa dakwah yang efektif adalah dakwah yang sesuai dengan intelektualitas dan kebiasaan/hobi dari objek – objek dakwah.
Iya…. Dialah Ikhwan Keren, yang setiap hari tidak luput dari senyum, suka bercanda dan sangat senang “Meledek” aktivis lainya untuk nikah, padahal ia hanya ingin mengetahui karakteristik sahabat – sahabatnya ketika ditanya tetntang masalah yang dalam al-qur’an temasuk “Perjanjian yang berat”, dan hanya disebutkan 3 kali, 2 lainya untuk masalah tauhid dan satunya untuk masalah pernikahan.
0 komentar:
Posting Komentar