Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan kehidupan aku, tiba – tiba saja menjadi semangat, menggelora dan memuncak. Berbeda dengan hari hari yang pernah aku lalui, ntah mengapa perasaaan itu semakin hari semakin dalam. Namanya Ika, tepatnya Ika Mutmainah. Seorang akhwat yang memang benar – benar akhwat, memakai jilbab yang benar – benar jilbab. Anggun, mempesona dan menggairahkan. Keanggunan itu terpancar dari jilbab dan sikapnya yang lemah lembut. Bagaimana Ika berinteraksi dan memberi solusi atas segala permasalahan membuatnya semakin mempesona. Dan yang lebih unik dari akhwat – akhwat lainya adalah sikapnya itu, tepatnya sikap yang senangnnya marah – marah. Tapi itulah yang membuatku tertarik. Imaginasiku mengatakan dan mendorong kuat untuk bisa terus membayangkan wajahnya, bersama dengan dia dan bercanda dengan dia. Tapi dalam hati ini masih ada secercah keimanan, keimanan itu mendorongku untuk menekan hawa nafsu bersama dengan Ika. Sangat sulit untuk bergerak menjadi sebuah panglima perang yang memimpin hanya seribu pasukan melawan satu juta pasukan dengan bendera hawa nafsu. Tapi aku yakin bisa!
Aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tiba – tiba saja perasaan itu muncul dan pelan – pelan memasuki setiap inchi dalam tubuh ini, sungguh mengerikan dan mematikan. Aku hanya manusia biasa yang tidak luput dari perasaan cinta, tapi aku tidak mau jatuh cinta dan terhanyut dalam perasaan cinta aku ingin membangun cinta denganmu. Saat itu akan benar – benar tiba. Saat dimana semua jiwa raganmu bersamaku di dalam sebuah ikatan suci bertajuk pernikahan. Ntah esok hari atau lusa, yang jelas aku yakin pasti saaat itu akan datang. Hari terindah dimana aku dilahirkan di dunia ini, hari dimana Allah SWT mempertemukan aku dengan pasanganku di dunia dan insya Allah menjadi pemimpin 72 bidadari lainnya di syurga nanti, insya Allah. Bukankah istri yang sholehah itu kelak akan memiliki kecantikan yang melebihi bidadari – bidadari yang ada di syurga nanti? Bahkan bidadari – bidadari itu merasa cemburu, cemburu kepada setiap wantita sholehah yang setia dan patuh kepada suami.dan aku berharap engkaulah orangnnya.
Ah.. bahagianya hati ini jika semua hal itu bisa tercapai. Saat engkau marah dengan segala angkara murka yang tidak masuk akal, aku tiba- tiba teringat dengan neraka. Aku menangis, menangis bukan karena engkau marah kepadaku, tapi menangis membayangkan kemarahan Allah SWT kepada makhluknya yang telah melampaui batas, dan aku menjadi daftar teratas dalam catatan itu kareana perasaan cintaku kepadamu sudah terlalu melampaui batas kewajaran, tak selayaknya perasaan cinta ini di atas kecintaanku kepada Allah SWT dan Rosull-Nya, ya Allah, ampunilah aku. Saat engkau tersenyum dengan senyuman yang terindah yang pernah di saksikan oleh seluruh dunia, aku seperti di dalam syurga yang kekal dan abadi. Astaghfirullah, maafkan semua kesalahanku ya Allah, maaf atas segala kehilafan ini, maaf atas segala perasaan yang terlalu mendalam ini kepada makhluk-Mu. Bukan aku tidak mencintai-Mu lagi, tapi karena aku ingin mencintai-Mu lebih dalam dengan perantara makhluk-Mu, makhluk yang telah engkau persiapkan jauh hari sebelumnya untuk mendampingiku dalam setiap langkah perjuangan dakwah ini. Teman yang selalu mendekapku dalam hangatnya pelukan seorang bidadari dunia, teman yang berasal dari golongan manusia. Teman yang dibalut dengan untaian jilbab anggun dan bertahtakan senyuman surgawi. Ika Mutmainah..semoga engkau adalah teman di kehidupanku di dunia dan kehidupanku di akhirat nanti.
Aku bukanlah seorang penyair dari bangsa arab yang sangat terkenal dengan celoteh misteriusnya, aku juga bukanlah sutradara film yang bisa membuat suasana romantis dan membius semua penonton sehingga ikut larut di dalam sekenario itu. Aku bukanlah Romeo yang bunuh diri secara konyol untuk dapat hidup bersama dengan juliet. Aku hanya seorang aku, dengan segala kelemahan dan ketidak berdayaanku atas perasaan yang telah menjalar dalam setiap inchi tubuh ini. Bukan, bukan ini yang aku harapkan dari awal, bukan hal ini yang senantiasa aku impikan. Aku tidak ingin terjerat dalam lingkaran setan yang telah merasuki perasaan cinta. Cintaku kepadamu lebih indah dari pada hanya sebuah perkataan saja. Cintaku kepadamu melebihi apa yang pernah engkau bayangkan. Cintaku kepadamu tidak boleh di campurtangani oleh pihak syetan. Aku benar – benar ingin memetik bunga yang sedang mekar itu dengan jalan yang di ridhoi Allh SWT dan Rossul-Nya.
Perasaan ini suatu ketika bisa saja menjadi penyebab kita bertengkar dan saling menjatuhkan. Perasaan ini akan berubah menjadi senjata yang mematikan dan menjerumuskan kita berdua. Aku yakin, bukan ini yang kita harapkan, sekali lagi bukan ini yang kita impikan. Dan yang lebih parah dari itu semua adalah, saat dimana kita berbantahan di depan Allah SWT dan tidak bisa mempertanggungjawabkan perasaan kita ini. Kita benar – benar belum bisa memaknai cinta, maka kita akan terjatuh dan merasakan tipu daya jatuh cinta. Ya Allah, ampunilah kami berdua yang telah terjerat dalam perasaan cinta ini, dalam keheningan malam ini aku berdoa, limpahkanlah rahmat bagi kami berdua supaya dipersatukan di dunia dan di akhirat, amiin.
Ika, maafkan aku atas segala kejahatan yang telah aku perbuat. Kejahatan karena memintamu untuk menunggu, dalam sepiku bertanya, sampai kapan engkau bisa bertahan untuk menungguku? Biarkan Allah SWT yang memntukan atas kita. Aku sadar ini memang salah. Yang aku inginkan, engkau menjadi sayap sebelah kananku dan akan bisa melengkapi sayap kiri yang dari dahulu menunggu untuk bisa di kepakkan untuk terbang bebas di angkasa. Yang aku harapkan, engkau menjadi pengingat dalam setiap kesalahanku. Dan aku yakin itu bisa. Jangan tanyakan kenapa, karena aku sendiri tak tahu mengapa pilihan itu jatuh kepada Ika Mutmainah, bukan yang lain. Pedeklarasian itu sudah ku ukir indah di atas sebuah batu cadas yang keras dan kokoh. Kutulis semua tentang perasaanku ke dalam kanvas kehidupan yang tidak akan hilang ditelan masa. Disini ada pengharapan untuk bisa saling mengerti, ada juga perasaan yang tajam untuk bisa saling menghargai satu sama lain.
Perjuanganku untuk mendapatkanmu itu jauh melebihi apa yang pernah terlintas di dalam benakmu, penolakkan itu membuatku bangun dari angan – angan yang melenakkan. Penolakkan itu memacu motor penggerak pikiran dan daya cipta materialku. Saat engkau dengan acuh meninggalkanku, aku terpuruk, tapi harapan itu masih ada, bahkan lebih besar daripada sebelumnya. Harpan untuk bisa menyelami semua keinginan dan maksud hatimu. Jangan pernah ucapkan kepadaku bahwa aku belum siap untuk bisa bersanding denganmu. Akan aku terjang penghalang yang sengaja terpasang untuk menjatuhkan pilihan kepadamu. Hanya satu penghalang yang tidak bisa aku robohkan, kekuatan itu atas ijin Allah SWT dan hanya Allah SWT yang mampu untuk mengendalikan kekuatan yang dahsyat itu. Kekuatan itu menyamar menjadi waktu. Waktu yang sangat tidak bersahabat dengan perasaan yang aku rasakan ini, menentang kebiadaban cinta dan cipta untukmu. Tapi itu semua sudah menjadi kehendak Allah SWT, aku tidak bisa berbuat apa – apa, selain hanya berdoa dan memohon belas kasihan dari – Nya.
Jangan pernah kau ucapkan kepadaku untuk mencari akhwat lain yang lebih pantas darimu. Tidak, hal itu tidak boleh terjadi. Terlampau memekakan telinga dan menyayat hati. Luka itu tidak akan sembuh kecuali dengan pernikahan yang suci itu, suci dari nafsu setan yang terkutuk. Maafkan aku yang tak sengaja membuatmu tertekan dalam lamunan, terhanyut dalam pikiran yang kosong dan jauh dari mengingat Allah SWT, karena yang ada hanya pemikiran tentang waktu itu, waktu yang akan kita nanti bersama, aku yakin itu. Keyakinan itu akan selalu ada dan sangat jelas. Keyakinan bahwa engkau memiliki perasaan yang sama denganku atau bahkan lebih besar. Tapi kita harus bertanya kepada diri sendiri, jika kita merasa tersiksa dengan keadaan ini, maka ini berarti tipudaya setan yang terlaknat, bukan merupakan suatu kebesaran Allah SWT atas nama cinta. Semoga kita tidak terpedaya. Karena cinta yang sesungguhnya itu akan membuat kita tenang dan mengobati, bukan malah menyakiti dan menyiksa kita.
Andaikan saja perasaan ini hadir saat kita memang benar – benar sudah siap dan matang. Siap untuk bisa merajut mimpi indah bersama, ahhh indahnya. Tapi aku juga bingung, sebenarnya apa yang kita tunggu, tidak ada suatu indikasi tentang kesiapan seseorang dalam hal menikah, tidak ada persyaratan yang menyebutkan bahwa syarat menikah itu harus mapan dalam kehidupan, sedangkan kemapanan itu juga sudah bersifat subjektif bukan objektif. Ukhti.. maafkan aku yang tanpa sadar membuatmu menangis hampa dalam kesendirian ruang kosong dalam anganmu. Aku tidak ingin membuatmu terluka dan merasa kebingungan. Justru itu yang akan menekanku lebih dalam, menyaksikan seseorang yang aku cintai tertekan dan menangis. Cinta itu belum terucapkan, belum menjadi sebuah seni ketidakberdayaan. Cinta itu masih bersemayam di dalam hati, hati yang selalu mencoba untuk bertasbih kepada Allah SWT, hati yang selalu berusaha untuk mengerti tentang arti cinta sesungguhnya. Hati yang satu dan hati yang terpisahkan oleh dua jenis kehidupan yang bertolak belakang, cinta itu masih bersemayam di dalam hatiku dan hatimu. Maka ijinkanlah aku untuk melupakkan semua lukisan cinta di dalam kanvas hatimu ini, kanvas yang masih kosong dan tergores dengan cat putih bersih, seputih cintaku kepadamu yang belum terucap.
Cinta itu hadir dalam waktu yang kurang bersahabat. Waktu yang akan bisa membunuh cinta kita karena cinta itu akan bertolak kepada kita berdua menjadi musuh kita. Cinta ini belum halal, karena kita belum terikat dengan perjanjian suci itu. Ya ukhti … ijinkan aku untuk melupakkan cinta ini, membiarkan cinta ini melanglang buana dalam savana kehidupan yang sangat luas. Membiarkan cinta ini untuk mendefinisikan cinta itu sendiri, pengakuan itu masih ada dan belum berakhir. Semoga Allah meneguhkan cintaku kepadamu dan cintamu kepadaku hingga Allah SWT serta mempersatukan kita dalam pernikahan. Ya ukhti, aku ingin membisikimu dari balik tembok china nan jauh di sana, bantu aku dalam setiap sujudmu di sepertiga malam yang terakhir. Bantu aku supaya Allah SWT berkenan mempersatukan kita dan kita tidak terjerat dalam nafu setan, ya ukhti, ijinkan aku melupakanmu, melupakanmu untuk mendapatkanmu, melupakanmu untuk kembali kepadamu, melupakanmu untuk berharap bahwa suatu saat engkau berada di sisiku dalam suka dan duka. Ijinkan aku melupakanmu atas cinta yang tak semestinya agar Allah SWT ridho ada kita. Tidak ada cinta yang mati di sini, yang ada hanya penantian yang berujung kebahagiaan, pengorbanan yang berujung keharmonisan dan kekalahan yang menimbulkan kemenangan. Karena cintaku padamu kini jauh lebih tinggi dari sebelumnya, cintaku karena Allah SWT, semoga Allah SWT meridhoinya amiin.(avicennaalrasyid)
Semarang, 3 mei 2009, 00.40
0 komentar:
Posting Komentar