Cemburu seringkali menghiasi perkawinan. Andaikan perkawinan tanpa cemburu rasanya sayur tanpa bumbu. Dengan kata lain cemburu adalah bumbu dari perkawinan. Namun bila kecemburuan itu tidak terkontrol, maka hal itu akan menjadi masalah bagi suami atau istri. Karena, suami atau istri bila dicemburui terus akan membuatnya jengkel. Demikian pula bagi suami atau istri pencemburu, sehingga dia selalu dihantui oleh perasaan takuk, gelisah, bahkan bisa membuatnya stress. Bila hal ini terjadi, maka kehidupan dalam perkawinan tidak terasa tentram dan bahagia. Kehidupan suami istri akan tidak harmonis bila salah satu pihak atau kedua-duanya tidak saling percaya,tidak mengerti dan memahami, tidak saling menghargai, dan tidak saling menerima. Oleh karena itu, penting bagi suami atau istri untuk saling memahami pekerjaan atau profesi masing-masing. Karena dalam suatu pekerjaan atau profesi masing-maing, karena dalam suatu pekerjaan atau profesi slalu berhubungan dengan banyak orang. Misalnya seorang PR (public relations) akan dituntut untuk berhubungan dengan semua orang. Dia harus melayani dan menerima tamu dengan baik sebagai relasi atau rekanan perusahaan.
Ada beberapa perihal cemburu yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Cemburu itu belum tentu betulan, tapi hanya menginginkan kerinduan untuk disayang.
Ini sering terjadi di masyarakat. Banyak istri atau suami dicemburui merasa muak. Lalu suami atau istri marah-marah. Tidak jarang terjadi percekcokan yang luar biasa. Dampaknya, istri atau suami jadi ngambek. Kalau sudah ngambek secara psikologis akan berdampak pada permasalahan lain. Mungkin istri jadi main sabotase ekonomi. Akhirnya mereka hanya diam dan bungkam. Dampaknya hubungan suami istri terasa dingin. Tak ada lagi canda tawa. Padahal, kalau mendeteksi lebih jauh lagi, cemburu itu belum tentu wujud dari cemburu, tapi pasangan suami istri hanya rindu untuk disayang. Dia juga rindu untuk dibelai, disapa dengan kata-kata lembut dan manis. Dengan demikian, kerinduan terhadap kasih sayang ini akan menimbulkan rasa cemburu. Apalagi jika pasangan suami istri yang semula hangat, tapi mendadak berubah hambar. Tentu si istri atau suami akan curiga, dengan kemungkinan adanya orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
2. Cemburu itu perlu, asalakan tidak buta.
Karena cemburu itu wujud kasih sayang. Karena cemburu yang berlebihan akan menimbulkan raasa tidak percaya pada pasangan. Pernahkah kita mendengar cemburu buta? Artinya, cemburu yang tidak berdasarkan argumentasi yang nyata. Asalkan ada issu langsung saja cemburu. Tanpa check atau recheck. Dampaknya orang seperti itu mudah dipermainkan issu. Dengan kata lain, mereka hanya dipermainkan perasaannya, tiap waktu diombang-ambingkan gelombang. Cemburu buta memang tidak berdasarkan data-data yang akurat.
3. Cemburu itu menghilangkan kepercayaan diri.
Jika suami atau istri cemburu, bisa dipastikan sekian persen bahwa ia telah kehilangan percaya akan dirinya. Dampaknya, berubah menjadi kecemburuan yang luar biasa. Istri atau suami menganggap dirinya merasa rendah bila dibandingkan dengan si dia. Kondisi ini akan membuat suami atau istri semakin tenggelam dalam kecemburuan.
4. Cemburu itu wujud perasaan takut kehilangan kasih sayang, cinta dan status.
Dalam hal ini, cemburu diisyaratkan sebafai ketakutan yangb berlebihan. Cinta itu memang punya kecenderungan monogamy. Artinya, cinta itu enggan untuk dibagi. Pembagian cinta ibarat dengan penyelewengan. Karenanya wajar jika mereka takut kehilangan yang paling berharga (suami/istri/kekasih). Oleh karena itu, wajar pula jika seseorang yang mempertahankan barang miliknya berupaya dengan segala cara dan upaya untuk tetap mempertahankannya.
5. Merasa senang dicemburuiu.
Bila suami atau istri merasa senang di cemburui, itu berarti pertanda protes. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya punya kelebihan dan terbukti masih ada orang lain yang naksir dirinya. Tingkahlaku yang ditampilkannya merupakan untuk mencari perhatian dari suami atau istri.
Dari semua macam cemburu di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa cemburu adalah salah satu nuansa perkawinan. Cemburu adalah hal normal pada setiap orang, selama cemburu itu masih dalam batas-batas yang wajar dan rasional. Cemburu dapat juga meningkatkan kualitas perkawinan, sehingga hubungan suami istri semakin hangat dan mesra. Justru akan aneh bila suami atau istri tidak mempunyai perasaan cemburu bila melihat suami atau istri dekat dengan seseorang. Itu berarti rasa cinta dan rasa memiliki dari suami atau istri kurang, dan hal ini yang akan merusak ikatan perkawinan. Dan yang terpenting bagaimana kita mengolah cemburu itu jadi energy yang dapat memajukan perkawinan, bukan sebaliknya. Cemburu masih diperlukan, asalkan sebatas untuk memupuk kasih sayang.
Ada beberapa perihal cemburu yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Cemburu itu belum tentu betulan, tapi hanya menginginkan kerinduan untuk disayang.
Ini sering terjadi di masyarakat. Banyak istri atau suami dicemburui merasa muak. Lalu suami atau istri marah-marah. Tidak jarang terjadi percekcokan yang luar biasa. Dampaknya, istri atau suami jadi ngambek. Kalau sudah ngambek secara psikologis akan berdampak pada permasalahan lain. Mungkin istri jadi main sabotase ekonomi. Akhirnya mereka hanya diam dan bungkam. Dampaknya hubungan suami istri terasa dingin. Tak ada lagi canda tawa. Padahal, kalau mendeteksi lebih jauh lagi, cemburu itu belum tentu wujud dari cemburu, tapi pasangan suami istri hanya rindu untuk disayang. Dia juga rindu untuk dibelai, disapa dengan kata-kata lembut dan manis. Dengan demikian, kerinduan terhadap kasih sayang ini akan menimbulkan rasa cemburu. Apalagi jika pasangan suami istri yang semula hangat, tapi mendadak berubah hambar. Tentu si istri atau suami akan curiga, dengan kemungkinan adanya orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
2. Cemburu itu perlu, asalakan tidak buta.
Karena cemburu itu wujud kasih sayang. Karena cemburu yang berlebihan akan menimbulkan raasa tidak percaya pada pasangan. Pernahkah kita mendengar cemburu buta? Artinya, cemburu yang tidak berdasarkan argumentasi yang nyata. Asalkan ada issu langsung saja cemburu. Tanpa check atau recheck. Dampaknya orang seperti itu mudah dipermainkan issu. Dengan kata lain, mereka hanya dipermainkan perasaannya, tiap waktu diombang-ambingkan gelombang. Cemburu buta memang tidak berdasarkan data-data yang akurat.
3. Cemburu itu menghilangkan kepercayaan diri.
Jika suami atau istri cemburu, bisa dipastikan sekian persen bahwa ia telah kehilangan percaya akan dirinya. Dampaknya, berubah menjadi kecemburuan yang luar biasa. Istri atau suami menganggap dirinya merasa rendah bila dibandingkan dengan si dia. Kondisi ini akan membuat suami atau istri semakin tenggelam dalam kecemburuan.
4. Cemburu itu wujud perasaan takut kehilangan kasih sayang, cinta dan status.
Dalam hal ini, cemburu diisyaratkan sebafai ketakutan yangb berlebihan. Cinta itu memang punya kecenderungan monogamy. Artinya, cinta itu enggan untuk dibagi. Pembagian cinta ibarat dengan penyelewengan. Karenanya wajar jika mereka takut kehilangan yang paling berharga (suami/istri/kekasih). Oleh karena itu, wajar pula jika seseorang yang mempertahankan barang miliknya berupaya dengan segala cara dan upaya untuk tetap mempertahankannya.
5. Merasa senang dicemburuiu.
Bila suami atau istri merasa senang di cemburui, itu berarti pertanda protes. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya punya kelebihan dan terbukti masih ada orang lain yang naksir dirinya. Tingkahlaku yang ditampilkannya merupakan untuk mencari perhatian dari suami atau istri.
Dari semua macam cemburu di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa cemburu adalah salah satu nuansa perkawinan. Cemburu adalah hal normal pada setiap orang, selama cemburu itu masih dalam batas-batas yang wajar dan rasional. Cemburu dapat juga meningkatkan kualitas perkawinan, sehingga hubungan suami istri semakin hangat dan mesra. Justru akan aneh bila suami atau istri tidak mempunyai perasaan cemburu bila melihat suami atau istri dekat dengan seseorang. Itu berarti rasa cinta dan rasa memiliki dari suami atau istri kurang, dan hal ini yang akan merusak ikatan perkawinan. Dan yang terpenting bagaimana kita mengolah cemburu itu jadi energy yang dapat memajukan perkawinan, bukan sebaliknya. Cemburu masih diperlukan, asalkan sebatas untuk memupuk kasih sayang.
0 komentar:
Posting Komentar